LEBIH DEKAT DENGAN APEL INDONESIA

LEBIH DEKAT DENGAN APEL INDONESIA

Oleh : Ir. Sutopo, Msi

Bp. SBY sedang memetik buah apel manalagi di kebun petani Kota Wisata Batu

 

 

Meskipun bukan asli tanaman dari Indonesia, apel termasuk salah satu jenis buah yang populer disamping jeruk dan mangga. Selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, kelezatan apel juga bisa dinikmati dalam bentuk aneka olahan seperti sari buah, cider (fermentasi sari apel), dodol, keripik, pie, dan lain-lain yang banyak dijajakan di Kota Wisata Batu. Sebagai buah segar, apel banyak disajikan dalam pesta, buah penyerta dalam dalam kunjungan orang sakit maupun sesaji dalam upacara agama di Bali.   Sumber hasil penelitian, menyebutkan bahwa apel bisa mengurangi resiko kanker usus besar, kanker prostat dan paru-paru.   Apel mengandung vitamin C yang tidak seberapa dibandingkan dengan buah lainnya dan sayuran,  tetapi kaya dengan senyawa antioksidan lainnya. Serat apel juga mencegah penyakit jantung serta mengontrol berat badan dan kadar kolesterol  dengan cara seratnya mencegah reabsorpsi.  Apel yang dibiakkan secara invitro mengandung senyawa fenol yang dapat mencegah kanker dan menunjukkan aktivitas antioksidan.   Fitokimia fenol yang utama dalam apel adalah kuersetin, epikatekin dan prosianidin. Bijia apel sedikit beracun karena mengandung sedikit amigdalin, sejenis glikosida sianogen, tetapi tidak cukup berbahaya bagi manusia.

Mitos Apel

Wisata Petik Apel di Kebun Petani Kota Wisata Batu

 

Banyak sekali mitos tentang apel, baik mengenai keagamaan maupun percintaan. Menurut Wikipedia, Meskipun buah terlarang dalam Kitab Kejadian tidak diidentifikasi, namun banyak penganut nasrani percaya bahwa buah yang digunakan Hawa untuk membujuk Adam agar mencobanya adalah buah apel.  Hal ini mungkin merupakan akibat dari para pelukis zaman Renaissance yang menambahkan unsur mitologi Yunani dalam adegan Injil (meskipun adakalanya apel diganti oleh buah delima menurut interpretasi pihak tertentu). Dalam hal ini, buah terlarang Firdaus menjadi apel karena dipengaruhi kisah apel emas dari kebun Hesperides.  Justru itu, dalam kisah Kejadian, apel menjadi lambang pengetahuan, hidup abadi, godaan, kejatuhan manusia karena dosa, dan dosa itu sendiri. Dalam bahasa latin, kata untuk “apel” dan “kejahatan” adalah serupa dalam bentuk tunggal (malus-apel, malum-jahat), dan identik dalam bentuk jamak (mala), dan mungkin ini juga yang mempengaruhi gagasan apel sebagai buah terlarang dalam Alkitab.  Mitos lainnya di Yunani kuno apel adalah buah suci dewi Aphrodite, maka tindakan melempar apel ke arah seseorang adalah simbol pernyataan cinta kepadanya; begitu juga, orang menyambut apel merupakan lambang penerimaan cinta.  Bagi yang ingin menyatakan cinta kepada pujaannya dengan cara unik tersebut, silahkan datang ke Kota Wista Batu. Hanya dengan merogoh uang sebesar Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 20.000,- anda bisa masuk kebun buah suci dewi Aphrodite lalu melaksanakan hajat ritual yang diinginkan, dan andapun bisa mebawa buah suci sebagai buah tangan.

Sejarah Apel Indonesia

Apel pertama kali ditanam di Asia Tengah, kemudian berkembang luas wilayah yang lebih dingin. Apel yang dibudidayakan memiliki

Tanaman apel Ana sedang berbuah di kebun petani Kota Wisata Batu

nama ilmiah Malus domestica yang menurut sejarahnya merupakan keturunan dari Malus sieversii dengan sebagian genom dari Malus sylvestris (apel hutan/apel liar) yang ditemui hidup secara liar di pegunungan Asia Tengah, di Kazakhstan, Kirgiztan, Tajikistan, dan Xinjiang, Cina, dan kemungkinan juga Malus sylvestris.  Tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1930-an dibawa oleh orang belanda bernama Kreben kemudian menanamnya di daerah Nokojajar (Kabupaten Pasuruan).  Pada tahun 1953, Bagian Perkebunan Rakyat (sekarang : Lembaga Penelitian Hortikultura) mendatangkan beberapa jenis apel dari luar negeri, termasuk Rome Beauty dan Princess Noble.  Selanjutnya, sejak tahun 1960 tanaman apel sudah banyak ditanam di Batu untuk mengganti tanaman jeruk yang mati diserang penyakit.  Sejak saat itu tanaman apel terus berkembang hingga sekarang di dataran tinggi Kota Batu, Poncokusumo (Malang) dan Nongkojajar (Pasuruan) dan masa kejayaannya pada tahun sekitar 1970an.  Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) saat ini memiliki koleksi plasma nutfah apel sekitar 70 varietas, dan diantaranya terdapat 10 varietas apel harapan. (Bersambung……………………………………….).

Apel Manalagi di Kebun Petani Kota Wisata Batu

4 thoughts on “LEBIH DEKAT DENGAN APEL INDONESIA

Leave a comment