Kembangkan Jeruk Keprok Tejakula di Lahan Tandus

Hamparan Jeruk di Tuban Jawa Timur

Keinginan masyarakat Kabupaten Tuban untuk memiliki satu kawasan hortikultura, Jeruk Keprok Tejakula dan Keprok Madura segera terwujud. Kawasan yang tadinya tandus ini dapat menjadi sumber pertumbuhan perekonomian pedesaan baru.

Kehadiran kawasan hortikultura di Tuban sangat ditunggu warga setempat. Berkat implementasi dukungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) terhadap program Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) sudah memberikan bukti. Hasil evaluasi atas program PKAH di tahun kelima pada 2014 menunjukkan kemajuan pesat.

PKAH menjadi program strategis Direkorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian. Dukungan Balitbangtan, yang salah satu Tupoksi pada tanaman jeruk dan buah sub tropika diwujudkan dengan melakukan survei. Kegiatan dilanjutkan dengan analisis tanah dan koordinasi kesesuaian lahan. Pada akhirnya, tahun 2010 diputuskan lahan tersebut ditanami Jeruk Keprok Madura dan Tejakula, jenis jeruk keprok andalan dataran rendah.

Dua peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Otto Endarto dan Nurhadi ikut dalam program ini. Menurut Otto, tahun 2010 dilakukan penanaman seluas 50 ha. Dalam kurun tiga tahun dari penanaman, tanaman menunjukkan kondisi yang cukup optimal hingga mampu berproduksi. Kondisi ini memicu daerah lain di Kabupaten Tuban ikut menanam jeruk dan pada tahun 2013 sudah tertanam jeruk di lahan seluas 850 ha dari 8 kecamatan di Tuban.

Koordinasi, pendampingan, dan pengawalan teknologi di lapangan, serta pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilakukan secara periodik dengan kelompok tani oleh Balitbangtan dan Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Tuban. Pendampingan dan pengawalan intensif, membuahan hasil.

Lebih Terpacu

Pada tahun 2013, tambah Otto, tanaman mulai berbuah pertama dengan produksi 10-15 kg per pohon. Ini menjadikan semangat petani lebih terpacu dalam memelihara tanaman jeruk mereka. Terbukti lahan jeruk semakin luas yang terawat sesuai dengan panduan yang ada.

Pada tahun kelima sejak diimplementasikan, yakni tahun 2014, tanaman telah mampu berproduksi dengan mutu tinggi, 20-30 kg per pohon. Dengan kondisi ini dapat diestimasi produktivitas jeruk mencapai 8-12 ton per ha. Dengan harga jual Rp 7.000-10.000 per kg, maka potensi pendapatan petani per ha kebun mencapai Rp 15.400.000. Kondisi ini memberikan keyakinan bahwa kawasan PKAH Tuban potensial untuk pengembangan Jeruk Keprok Tejakula dan diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Selama kurun waktu lima tahun, tambah Otto, tujuh komponen inovasi teknologi budidaya jeruk Balitbangtan telah diadopsi oleh 19 kelompok tani di 8 kecamatan yang tersebar di 19 desa. Proses transfer inovasi teknologi melalui kegiatan dukungan PKAH di Kecamatan Muyorejo mampu mengubah kawasan yang pada kurun waktu 10 tahun sebelumnya sebagian besar merupakan lahan sub optimal menjadi lahan produktif.

“Pada awalnya, kondisi lahan di Desa Mulyorejo atau Guo Bayang, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban merupakan tanah tandus. Tanah tandus yang cenderung didominasi batu kapur hanya dijadikan masyarakat sebagai padang penggembalaan sapi atau mencari rurnput,” kata Otto.

Pada tahun 2008, Diperta Kabupaten Tuban mengajukan proposal ke Dirjen PLA yang didampingi Balitbangtan melakukan kerja sama dan koordinasi dalam menentukan tanaman yang akan ditanam pada lahan tidur tersebut. Dipilihlah jeruk dan pilihan itu tidak salah. Kinl panenan jeruk melimpah dari bekas lahan sub optimal tersebut. [Majalah Sains Edisi September 2014]

– See more at: http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/kembangkan-jeruk-keprok-tejakula-di-lahan-tandus.html#sthash.su6Yv8lE.dpuf

Leave a comment